Kompetensi Komunikasi Antarbudaya dan Adaptasi Budaya dalam Menjaga Hubungan Pertemanan dengan Masyarakat Lokal di Negara High dan Low Context Culture (Studi pada Pelajar Indonesia di Taiwan dan Australia)

Monica Tjuatja, Chelsea (2022) Kompetensi Komunikasi Antarbudaya dan Adaptasi Budaya dalam Menjaga Hubungan Pertemanan dengan Masyarakat Lokal di Negara High dan Low Context Culture (Studi pada Pelajar Indonesia di Taiwan dan Australia). Bachelor Thesis thesis, Universitas Multimedia Nusantara.

[img]
Preview
PDF
HALAMAN_AWAL.pdf

Download (1MB) | Preview
[img]
Preview
PDF
DAFTAR_PUSTAKA.pdf

Download (211kB) | Preview
[img]
Preview
PDF
BAB_I.pdf

Download (296kB) | Preview
[img]
Preview
PDF
BAB_II.pdf

Download (356kB) | Preview
[img]
Preview
PDF
BAB_III.pdf

Download (230kB) | Preview
[img] PDF
BAB_IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (715kB)
[img]
Preview
PDF
BAB_V.pdf

Download (204kB) | Preview
[img] PDF
LAMPIRAN.pdf
Restricted to Registered users only

Download (2MB)

Abstract

Ketika memutuskan untuk melakukan studi di luar negeri, seseorang harus dapat beradaptasi menghadapi perbedaan budaya yang dirasakan ketika memasuki lingkungan baru, baik dalam segi gaya komunikasi, bahasa, cara berpikir, dan lainnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kompetensi komunikasi antarbudaya yang dimiliki pelajar Indonesia serta proses adaptasi yang mereka rasakan di negara Taiwan dan Australia sebagai high dan low-context culture. Penelitian ini menggunakan konsep kompetensi komunikasi antarbudaya oleh Chen & Starosta (2014), proses adaptasi oleh Martin & Nakayama (2018), dan dimensi budaya high dan low context culture oleh Edward T. Hall (2017). Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, dengan metode studi kasus, dan teknik pengumpulan data melalui wawancara kepada 3 pelajar Indonesia di Taiwan, 3 pelajar Indonesia di Australia, serta seorang informan ahli. Ditemukan bahwa kemampuan berbahasa asing menjadi kompetensi komunikasi yang wajib dimiliki ketika pindah ke lingkungan baru. Kecenderungannya orang akan mengalami fase anticipation/honeymoon, fase crisis/culture shock, serta fase adjustment dalam proses adaptasi. Masyarakat lokal Taiwan cenderung bersifat high-context culture sehingga berkomunikasi secara implisit, berbasa-basi, dan menggunakan komunikasi non-verbal. Sedangkan masyarakat Australia cenderung bersifat low-context culture sehingga eksplisit dan to the point ketika berbicara karena mereka tidak menyukai kode-kode tersembunyi dalam sebuah percakapan. Pelajar Indonesia di Taiwan memiliki kecenderungan berkomunikasi secara implisit, sedangkan pelajar Indonesia di Australia cenderung lebih eksplisit ketika berkomunikasi. Saran pada penelitian ini adalah diharapkan partisipan dapat mempersiapkan pengetahuan terkait budaya setempat sehingga dapat menyesuaikan diri dengan baik.

Item Type: Thesis (Bachelor Thesis)
Keywords: dimensi budaya, high dan low context culture, kompetensi komunikasi antarbudaya, komunikasi antarbudaya, proses adaptasi,
Subjects: 300 Social Sciences > 300 Social sciences, sociology and anthropology > 302 Social interaction, Interpersonal interaction > 302.2 Communication
Divisions: Faculty of Communication > Strategic Communication
SWORD Depositor: Administrator UMN Library
Depositing User: Administrator UMN Library
Date Deposited: 20 Jul 2022 04:16
Last Modified: 28 Apr 2023 02:55
URI: https://kc.umn.ac.id/id/eprint/22271

Actions (login required)

View Item View Item